Fortinet & Keamanan Cloud: Fleksibilitas Tinggi, Tapi Tantangan Serangan Siber Besar

Teknologi Cloud di Era Digital
Dalam beberapa tahun terakhir, cloud computing telah menjadi tulang punggung transformasi digital di berbagai sektor industri. Di Indonesia, banyak perusahaan, instansi pemerintah, hingga institusi pendidikan beralih ke layanan cloud karena menawarkan fleksibilitas, efisiensi biaya, dan kemampuan skalabilitas tinggi.
Dengan cloud, organisasi dapat menyesuaikan kapasitas penyimpanan, komputasi, dan aplikasi sesuai kebutuhan bisnis secara cepat. Model ini memungkinkan perusahaan kecil sekalipun untuk mengakses teknologi yang sebelumnya hanya bisa digunakan oleh korporasi besar.
Namun, di balik semua keuntungan tersebut, adopsi cloud juga membawa tantangan baru: keamanan siber. Lingkungan cloud yang dinamis membuat organisasi harus siap menghadapi ancaman yang lebih kompleks dibandingkan sistem on-premise tradisional.
Tantangan Keamanan Cloud di Era Digital
1. Permukaan Serangan yang Semakin Luas
Berdasarkan laporan industri, lebih dari 80% organisasi saat ini menggunakan multi-cloud atau hybrid cloud. Artinya, data dan aplikasi tidak lagi tersimpan di satu tempat, melainkan tersebar di berbagai penyedia layanan cloud.
Situasi ini memang memberikan fleksibilitas, tetapi di sisi lain membuka peluang baru bagi peretas. Setiap titik integrasi, API, atau akun pengguna yang tidak diawasi dapat menjadi pintu masuk serangan. Beberapa insiden yang sering terjadi antara lain:
- Phishing yang menargetkan kredensial cloud.
- Web defacement pada aplikasi publik.
- Kebocoran data akibat konfigurasi cloud yang salah.
2. Kekurangan Tenaga Ahli Keamanan Siber
Di Indonesia, masalah terbesar bukan hanya teknologi, tetapi juga sumber daya manusia (SDM). Survei menunjukkan bahwa 76% organisasi masih kesulitan mendapatkan tenaga ahli keamanan cloud. Bahkan, hanya sekitar 36% perusahaan yang merasa percaya diri dapat mendeteksi dan merespons ancaman di seluruh lingkungan cloud mereka.
Keterbatasan ini membuat banyak organisasi masih bergantung pada penyedia cloud tanpa memiliki strategi keamanan internal yang memadai.
3. Kompleksitas Regulasi dan Kepatuhan
Selain ancaman teknis, perusahaan di Indonesia juga harus mematuhi berbagai regulasi terkait perlindungan data, misalnya UU PDP (Perlindungan Data Pribadi). Kegagalan dalam mematuhi aturan ini dapat berakibat denda, reputasi yang buruk, bahkan kehilangan kepercayaan pelanggan.
Baca juga: Keamanan Data dan Infrastruktur IT
Pilar Ketahanan Siber Menurut Fortinet
Untuk menghadapi tantangan tersebut, Fortinet menekankan pentingnya membangun ketahanan siber melalui tiga pilar utama: Talenta (SDM), Proses, dan Teknologi.
1. Talenta / SDM
Tanpa SDM yang kompeten, teknologi secanggih apapun tidak akan optimal. Beberapa langkah yang bisa dilakukan organisasi adalah:
- Pelatihan internal bagi tim IT mengenai praktik keamanan cloud terbaru.
- Sertifikasi profesional seperti Fortinet NSE atau sertifikasi global lainnya.
- Kerja sama dengan universitas untuk mencetak talenta siber baru.
Investasi pada SDM bukan hanya soal mengurangi risiko, tetapi juga memastikan organisasi dapat mengelola teknologi cloud dengan aman dan efisien.
2. Proses
Organisasi perlu memiliki kerangka kerja keamanan yang jelas. Hal ini meliputi:
- Standar respons insiden ketika terjadi serangan.
- Definisi tanggung jawab antar tim IT, keamanan, dan manajemen.
- Berbagi threat intelligence untuk memahami pola serangan terbaru.
- Transparansi dalam pelaporan dan evaluasi insiden keamanan.
Dengan proses yang terstruktur, perusahaan dapat merespons serangan lebih cepat dan meminimalisasi dampaknya.
3. Teknologi Terpadu
Fortinet menawarkan solusi platform keamanan terpadu yang menggabungkan berbagai lapisan perlindungan dalam satu ekosistem. Produk seperti FortiCNAPP dan FortiFlex memungkinkan organisasi mendapatkan:
- Visibilitas menyeluruh terhadap aset cloud.
- Deteksi ancaman berbasis AI secara real-time.
- Respons otomatis terhadap insiden untuk mengurangi keterlambatan manual.
- Zero-trust security, yaitu hanya memberi akses kepada pengguna yang benar-benar terverifikasi.
- Remediasi risiko adaptif, sehingga perlindungan terus menyesuaikan dengan pola ancaman baru.
Temukan juga: Solusi Teknologi Fortinet di Benaya
Kasus Nyata Serangan Siber di Lingkungan Cloud
Indonesia sudah beberapa kali mengalami insiden besar yang menunjukkan pentingnya keamanan cloud:
- Kebocoran data pelanggan dari beberapa perusahaan teknologi akibat konfigurasi cloud yang tidak aman.
- Phishing skala besar yang menyasar akun cloud karyawan untuk mengakses data internal.
- Serangan ransomware yang mengenkripsi data di layanan cloud, membuat organisasi lumpuh sementara.
Insiden-insiden ini menjadi bukti bahwa cloud bukanlah sepenuhnya aman tanpa perlindungan tambahan.
Mengapa Indonesia Perlu Bertindak Sekarang
Indonesia sedang berada pada fase pertumbuhan digital yang sangat cepat. Dari UMKM hingga perusahaan besar, hampir semua sektor kini memanfaatkan teknologi cloud.
Namun, tanpa strategi keamanan yang matang, pertumbuhan ini bisa terhambat. Kerugian akibat serangan siber tidak hanya bersifat finansial, tetapi juga reputasi dan kepercayaan publik.
Keputusan yang diambil hari ini terkait:
- Pelatihan SDM di bidang keamanan siber,
- Pengembangan proses keamanan yang jelas,
- Pemilihan teknologi terpadu seperti Fortinet,
akan menentukan seberapa aman dan tangguh masa depan digital Indonesia.
Pelajari lebih lanjut: Transformasi Digital bersama Benaya
Referensi: